Kerajaan Riau - Johor - Pahang - Lingga (Kota Raja/Kota Lama) Hulu Riau - Sungai Carang Sekitar Tahun 1673-1805
Kota Rebah |
Dari Johor, Kerajaan Melayu kemudian berpusat di Hulu Sungai Carang. Sungai itu, kemudian disebut pula dengan nama Sungai Riau. Dari pusat Kerajaan Riau-Johor-Pahang itulah, bermula kecemerlangan dalam pemerintahan, dunia ilmu pengetahuan dan keagamaan. Tatkala Raja Ibrahim yang bergelar Sultan Ibrahim Syah I menjadi Sultan Johor, maka ditugaskan Tun Abdul Jamil membuka dan membangun Hulu Sungai Carang dalam tahun 1672. Daerah baru itu, kemudian berubah nama menjadi Hulu Riau dan Kerajaan Johor pun disebut Riau-Johor. Selanjutnya dikenal dengan sebutan Riau-Johor-Pahang-Lingga. Dalam perjalanan kerajaan, akibat kekuasaan maka perebutan tahta selalu terjadi. Sampailah pada kisah, Raja Kecil merebut tahta dan kemudian Tengku Sulaiman meminta bantuan dengan lima bangsawan asal Luwu, Sulawesi. Dan tanggal 4 Oktober 1722 Tengku Sulaiman dilantik menjadi Sultan Riau bergelar Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah. Puing-puing bangunan pusat Kerajaan Kesultanan Johor-Pahang-Riau-Johor-Lingga di Sungai Carang, Hulu Riau masih ada dan termasuk peninggalan sejarah. Bangunan seperti tembok, makam dan batu nisan masih terdapat disana. Dibutuhkan sekitar 45 menit dengan menggunakan kapal dan 20 menit dengan menggunakan mobil dari Kota Tanjungpinang. Disini terdapat Makam Yang Dipertuan Muda (Raja) Riau I Daeng Marewah, Yang Dipertuan Muda Riau II Daeng Celak dan Yang Dipertuan Muda Riau III Daeng Kamboja.
Demikian keterangan yang tertulis di papan kuning yang berisi informasi tentang Benda Cagar Budaya dan Situs dari Pemerintah Kota Tanjungpinang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Istana Kota Lama atau yang lebih familier dengan sebutan Kota Rebah terletak di selatan pulau Bintan. Asal mula disebut Kota Rebah adalah karena pemberian dari masyarakat sekitar yang menemukan istana tersebut sudah dalam keadaan rusak parah. Situs Istana Kota Lama ini berada tidak jauh dari Jembatan Engku Putri di Jalan Daeng Celak
Tanjungpinang . Letaknya persis berada di pinggiran Sungai Carang.
Jembatan Engku Hamidah |
Dua ratus tiga puluh tahun lalu adalah awal bermula Tanjung Pinang di kenal negeri luar. Adalah pada masa Kerajaan Johor pada masa Sultan Abdul Jalil Syah yang memerintahkan Laksamane Tun Abdul Jamil untuk membuka suatu bandar perdagangan di Pulau Bintan. Sang Laksamane yang datang dari Johor masuk pertama kali lewat Sungai Carang, Hulu Sungai Riau. Tempat ini kemudian olehnya dibuka menjadi Bandar yang ramai (Riuh). Bandar ini kemudian lebih dikenal dengan sebutan Bandar Riau (Riuh).
Kawasan Istana Kota Lama atau Kota Rebah kini hanya tinggal sisa-sisa bangunan yang tak terawat. Pohon ara menjulang di tengah-tengah bekas struktur sisa bangunan tembok setinggi sekitar tiga meter, terbuat dari krekel bauksit dicampur semen. Beberapa bagian tembok yang tersisa itu pun miring tak beraturan, bahkan ada yang rebah karena fondasinya terangkat akar pohon ara yang kini "menaungi" sisa-sisa bangunan istana. Gambaran kebesaran dan kemegahannya hanya ada dalam catatan sejarah.
Disekitar kawasan Kota Rebah ini terdapat hutan bakau. Oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan telah membangun pelantar kayu untuk mengembangkan hutan bakau ini menjadi kawasan wisata hutan bakau. Tapi sekarang pelantar kayu tersebut rusak parah. Tidak bisa lagi dilewati dan banyak ditumbuhi semak belukar. Untung saya dulu sekitar tahun 2013 pernah mengunjungi kawasan wisata hutan bakau sebelum manjadi rusak parah seperti sekarang.
Hutan Mangrove |
Di lokasi situs Istana Kota Rebah juga dibangun pondok-pondok kecil,
serta rumah-rumah panggung yang bisa dimanfaatkan bagi pengunjung untuk
melepas lelah. Sayangnya fasilitas yang sudah dibangun tidak dirawat dengan baik sehingga rusak dan terlihat kotor.
Homestay |
Semoga instansi terkait mau memperbaiki dan mambangun lagi fasilitas yang telah rusak sehingga bisa mendatangkan wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara yang ingin menyaksikan langsung kejayaan Kerajaan Riau-Johor-Pahang-Lingga.
0 comments